Oleh : Dr. Nur Salim
Pernyataan mohon ampun kepada Allah itu ternyata punya efek yang dahsyat.
Dalam Q.S. Nuh: 10-12 paling tidak Allah menjanjikan empat hal :
1) Diturunkan hujan
2) diluaskan rezeki
3) dikaruniai anak
4) dianugerahi kebun2 yang rindang.
Pada sebuah hadis disebutkan, bahwa dengan memperbanyak membaca istighfar Allah akan menguraikan segala kesulitan.
Dalam filsafat ilmu firman Allah dan hadis Nabi dinamakan kebenaran transendental. Sebuah kebenaran yang hanya diterima oleh orang beriman. Sebab wahyu Allah pasti benar dan Rasulullah tidak mungkin berbohong.
Kebenaran transendental itu akan semakin menguatkan iman seseorang bila dibuktikan dalam kenyataan. Sehingga ia sampai mengucapkan " shaddaqallah wa shaddaqa rasuluhu". Itulah yang disebut pengalaman agama.
Minggu lalu tatkala memenuhi undangan seorang kawan untuk ngaji ahad pagi di Wedi, Klaten saya memperoleh pengalaman kecil tentang hal tersebut.
Jadwal pengajian ahad pagi jam 06.30, agar tidak terlambat jam 03.12 sayapun berangkat dari Sragen berboncengan dengan istri dan anak. Cita-cita saya ingin sholat subuh di masjid Raya Klaten, tapi ternyata lepas Delanggu azan subuh sudah berkumandang, maka sayapun berhenti di masjid terdekat. Masjid dipinggir jalan Solo - Jogja itu kecil tapi ramai. Jamaah kampungnya sedikit yang banyak para musafir.
Paling tidak saat itu ada satu bus dan satu elf berhenti. Masjid kecil maka toiletpun terbatas, hanya ada dua fasilitas kamar mandi yang ada WCnya, itupun yang satu nampak bergelantung gembok.
Sementara itu panggilan "lurah" dalam perut minta segera dipenuhi padahal satu toilet sedang dipakai. Sayapun jadi ingat hadis tentang istighfar di atas. Sambil meringis kulantunkan "astaghfirullah wa atubu ilaih".
Belum genap sepuluh kali istighfar itu terucap, seseorang yang berjanggut lebat membuka kamar mandi yang ada gemboknya.
"Monggo mas" ia bilang.
"Allahu akbar" batinku.
Dan metabolisme rutin pagi itupun tertunaikan dengan lancar.
Usai ngaji ahad pagi saya harus menghadiri halal bi halal di Wangen. Desa ini banyak sekali umbulnya, ada yang dikelola rapi sehingga pengunjung harus membayar tapi banyak pula yang gratis.
Maka sebelum acara halal bi halal dimulai keliling lokasi umbul menjadi pilihan.
Anakku, Karim (5 th) senang banget melihat air jernih melimpah ruah itu, tapi ternyata baru nyebur 30 menit sudah kedinginan.
Halal bi halal berakhir asar, setelah shalat motor segera saya pancal. Tapi baru berjalan 3 km gerimis turun, pada saat yang sama mendung menggantung tebal.
Duuuh, satu motor bertiga padahal jas hujan cuma satu.
Hadis Nabi di atas kembali menginspirasi.
"Astaghfirullah wa atubu ilaih". Terus terlantun sambil terus menggeber motor.
Sampai pertigaan patung Sapi Boyolali gerimis itu berhenti.
"Allahu Akbar".
"Halllah, itu kan kebetulan."
Mungkin ada yang berkomentar seperti itu. Tapi bagi yang beriman percaya, tidak ada sesuatu di dunia ini hanya kebetulan. Semua by design Allah.
Wallahu'alam
(nursalim68@gmail.com)
Baitul Maal Insan Mandiri menggelar buka puasa bersama dengan ratusan anak yatim piatu di Rumah Makan (RM) Jamboel, Gemolong Sragen.
Kegiatan sosial yang sudah berlangsung selama 4 kali ini, mengundang 1.20 anak yatim piatu dari beberapa kecamatan yang ada di Sragen.
Pernyataan Rasulullah di atas cukup gamblang bahwa orang tua itu sangat menentukan merah - hijaunya anak-anak. Orang tua yang tidak punya perhatian terhadap agama anaknya kemungkinan besar anak-anak akan apatis dalam beragama.
Ibnu Qoyim berkata,
" wa aktsarul auladi fasaduhum ihmaluhum abahum an dinihim"
Sering kali kita merasa sudah menjadi orang baik dengan parameter yang kita buat sendiri bahkan tidak jarang dengan membawa nama Allah untuk menjustifikasi kebaikan kita. Misalnya dengan ucapan, “yang penting dimata Allah kita baik”. Padahal Allah pun melibatkan manusia dalam menentukan seseorang itu ahli surga atau neraka.