MENJADI ORANG TUA SHOLIH
Oleh : Dr. Nur Salim
"Dengan halal bi halal kita wujudkan generasi yang Islami".
Ketahuilah fitrah manusia itu beragama Islam alias bertauhid. Idul fitri berarti kembali kepada fitrah manusia yaitu Islam, kembali mentauhidkan Allah.
Mengapa mesti kembali kepada Islam?
Sebab fitrah manusia itu Islam tetapi dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang mengkondisikan.
Sabda Nabi, " kullu maulidin yuladu 'alal fitrah, fa abawahu yuhawidanihi au yunashirobihi, au yumajisani ". Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang akan merubahnya menjadi yahudi, nasrani atau majusi.
Pernyataan Rasulullah di atas cukup gamblang bahwa orang tua itu sangat menentukan merah - hijaunya anak-anak. Orang tua yang tidak punya perhatian terhadap agama anaknya kemungkinan besar anak-anak akan apatis dalam beragama.
Ibnu Qoyim berkata,
" wa aktsarul auladi fasaduhum ihmaluhum abahum an dinihim"
Kebanyakan anak-anak itu rusak akibat bapak yang tidak memperhatikan agama anaknya.
Dalam ilmu pengetahuan pernyataan Ibnu Qoyim tersebut dinamakan teori.
Saya memiliki data yang menarik untuk mendukung teori tersebut.
Sebagai orang yang setiap hari mengurusi pengantin saya mendapati, calon pengantin yang telah hamil sebelum nikah ternyata kebanyakan kesehariannya hidup tanpa didampingi ayah. Ada yang ditinggal mati ayahnya atau ayahnya merantau. Mereka tinggal bersama ibu atau neneknya. Bahkan ada pula hidup sendiri di rumah sementara ayah dan ibunya merantau.
Secara ekonomi tidak ada masalah sebab anak-anak itu masih disuplai orang tuanya tetapi mereka dipaksa mandiri secara ruhani. Dan ternyata banyak yang tidak bisa menjalaninya.
Peran orang tua yang mestinya menjaga fitrah anaknya tidak dilakukan dengan baik. Itulah yang dinamakan kenakalan orang tua. Anak menjadi korbannya.
Suplai ekonomi yang dipenuhinya tidak cukup menyelamatkan anak-anak itu dari gempuran budaya dan faham agama yang melingkupinya.
Maka saatnya sekarang ini kampanye "MENJADI ORANG TUA SHOLIH".
Apa perlunya?
Paling tidak ada dua keuntungan yang dapat diraih bila orang tua itu sholih.
1. Allah akan menolong anak-anaknya.
Ingatkah kisah Nabi Hidzir dengan Musa ketika membangun rumah yang roboh?
Musa tidak tahu rahasia dibalik baksos kerja bakti membangun rumah roboh itu. Baru setelah dijelaskan Hidzir beliau baru "ngeh" mengapa hal itu mereka lakukan. Kata Hidzir, "wa ammal jidaru fa kana li ghulamaini yatimaini fil madinati wa kana tahtahu kanzun lahuma wa kana abuhuma sholiha..." (al kahfi:82) Adapun rumah yang roboh itu milik dua anak yatim di bawahnya terdapat harta kekayaan miliknya dan bapaknya itu orang yang sholih.
Coba perhatikan kisah ini. Hidzir merupakan sosok manusia misterius yang diutus Allah untuk menolong manusia. Peran seperti Hidzir ini banyak bermunculan di sekitar kita, tapi mungkin tidak terbaca oleh kebanyakan manusia.
Dan orang-orang yang ditolong itu adalah punya satu syarat yaitu, sholih.
Ada seorang mahasiswa kedokteran di sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Dia ini secara kepintaran biasa-biasa saja. Udah gitu tidak tekun belajar seperti umumnya mahasiswa kedokteran. Bahkan banyak yang mengira dia ini mahasiswa sastra. Dia lulus dengan nilai pas pasan.
Kawan - kawannya heran,
"lho kamu akhirnya jadi dokter juga?"
Dengan polos dia jawab,
"Ini berkat bapak ibuku yang dekat dengan Tuhan, do'a mereka dikabulkan".
Ketika sudah resmi menjadi dokter ada orang kaya di kampungnya mendirikan rumah sakit, dan menunjuk dokter tersebut menjadi salah satu direkturnya. Tak perlu repot melamar kerja karena Allah mengutus "Hidzir" untuk mempekerjakannya.
Itu namanya keberuntungan. Tapi bukan semata-mata bejo seperti orang dapat undian, sebab semunya telah dipersiapkan. Kata Oprah Winfrey, " luck is what happens when preparation meets opportunity".
2. Mereka akan dikumpulkan di dalam surga
Orang tua yang sholih yang kesholihannya ditiru oleh anak-anaknya di surga akan dikumpulkan. Begitulah janji Allah.
"Walladzina amanu wattaba'athum dzurriyatahum bi imanin alhaqna bihim dzurriyatahum wama alatnahum min 'amalihim min sya'i. ( at tur:21)
Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh anaknya maka Allah akan mengumpulkan mereka di surga dan Allah tidak menyianyiakan amal mereka.
Idul fitri identik dengan mudik. Anak cucu berdatangan dari berbagai penjuru. Betapa bahagianya orang tua saat menyaksikan anak2 yang guyub rukun. Mendengar celoteh cucu yang lucu-lucu, dan cerita mereka di perjalanan yang heboh.
Walaupun belakangan keakraban keluarga diganggu oleh hp (masing2 asyik dengan hp nya), tetap saja keceriaan idul fitri terpancar di setiap kesempatan.
Ini baru reuni di dunia yang berlangsung tiga atau empat hari. Setelah itu mereka kembali berpencar sesuai dengan profesi masing-masing.
Reuni di surga sungguh lebih heboh dan menyenangkan. Abadi tak berakhir.
Tapi ini hanya akan dinikmati orang tua sholih yang diikuti oleh anaknya yang sholih pula. Semoga kita termasuk diantaranya.